Apakah Sebenarnya Jin itu ? (5)

Oleh : Abi Mursalat
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam Nasyrah, 94:5-6)

Kandungan Surat Al-Jin dari ayat 1-28 merupakan suatu episode perjalanan nabi dan rasul, khususnya Ahmad bin Abdullah (nabi Muhammad Saw) sebagai rasulullah. Perjalanan itu begitu berat bagi nabi dalam mengemban tugas dari Allah Swt.

Banyak sekali kendala dan tantangan dari kaum Quraisy, sehingga rasul boleh dikata kurang berhasil dalam menyampaikan risalahnya di Mekah. Hal itu dapat dilihat dari lamanya berdakwah di Mekah, sekitar 13 tahun, tapi hanya sedikit saja yang mau beriman.

Begitu keras perlawanan dari kaum Quraisy, sudah banyak pengikut nabi dianiaya dengan biadab. Bahkan nabi pun dilecehkan, dicemooh dan diancam jiwanya. Namun karena Muhammad Saw mengemban tugas sebagai nabi dan rasulullah, beliau menyampaikan dengan cara berdakwah yang diterimanya dari Allah. Yakni berupa wahyu, dalam surat 16 (An-Nahl), tentang dasar-dasar dakwah dan sikap menghadapi lawan.

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih   mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl, 16:125)

"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl, 16:126)

"Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan." (QS An-Nahl, 16:127).

Dengan kesabaran yang luar biasa dan pertolongan Allah, Muhammad bisa bertahan dari provokasi kaum Quraisy yang semakin keras. Namun beliau juga melihat kenyataan, bahwa Mekah masih belum bisa diharapkan untuk mengembangkan dienul Islam. Harus ada alternatif lain, yaitu kabilah-kabilah yang pada musimnya berziarah ke Mekah. Kepada merekalah nabi berdakwah, untuk memahami kebenaran agama dari Tuhan, agar menemui jalan yang benar.

Suatu ketika di Masjidil Haram umat seluruh jazirah Arab sedang mengadakan ibadah yang ditentukan oleh Allah, yakni berziarah ke Ka'bah, yang kemudian oleh orang Islam dinamakan ibadah Haji. Dan bertemulah nabi dengan kabilah Nasrani dari Yatsrib.

Kabilah itu dipimpin oleh raja Negus yang masih setia dengan ajaran Almasih Isa putra Maryam. Dalam kitabnya disebutkan, bahwa nanti sepeninggalku ada yang menerusakan sebagai nabi dan rasulullah dengan membawa kitab, yang menyatakan bahwa ada seorang yang meneruskan sebagai nabi dan rasul, yang namanya Ahmad (Muhammad).

Muhammad kemudian memberikan talwiyah (dakwah) kepada rombongan raja Negus, dan menyimpulkan apa yang dicari-cari beberapa lama sepeninggal Almasih Isa putra Maryam sebagai rasulullah, ketemu kepada Ahmad. Sesuai firman Allah dan surat Ash-Shaff:

"Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS Ash-Shaff, 61:6)

Terjemah QS Al-Jin, 72:26-28

"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu." (QS Al-Jin, 72:26)

"Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya." (QS Al-Jin, 72:27)

"Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu." (QS Al-Jin, 72:28)

Raja Negus

Siapa yang dimaksud raja Negus, Allah menerangkan dalam Qur'an surat 5 (Al-Maidah) :

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri."  (QS Al-Maidah, 5:82)

"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad Saw)." (QS Al-Maidah, 5:83).

Kemudian raja Negus menawarkan kepada nabi Muhammad untuk berhijrah ke Yatsrib. Dan Nabi Muhammad menyetujuinya. Itulah awal hijrah nabi Muhammad ke Yatsrib, dan menemukan tempat pengembangan misinya untuk menegakkan hukum Allah (dien Allah), sehingga negeri itu oleh Rasulullah diberi nama Madinah.

Hal itu sesuai dengan isi surat Al-Jin ayat 26-28 di atas. Sejak periode Medinah itulah agama Islam tumbuh dan berkembang ke seluruh dunia sampai sekarang ini. Jadi yang dimaksud dengan Al-Jin disini menunjuk kepada kabilah Raja Negus dari Yatsrib yang beriman kepada Al-Kitab. (-\*/-)

0 komentar: