Pages

About Me

Foto Saya
Ahmad Fauzi
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Bisa dilihat di http://muso9.com/akudw
Lihat profil lengkapku

Kajian Surat Al-Jin (QS 72)

Apakah Sebenarnya Jin itu ? (1)

Oleh: Abi Mursalat

Surat Al-Jin termasuk surat Makkiyah yang diturunkan lebih dua tahun sebelum Hijrah, yaitu tatkala Rosulullah gagal berdakwah kepada orang-orang Thoif. Kemudian Nabi bertemu dengan orang Nasrani, yang kemudian taslim (taat, tunduk dan berserah diri) setelah dibacakan Al-Qur’an. Selanjutnya Nabi kembali ke Mekkah, menjumpai orang-orang di luar Mekkah yang melaksanakan ibadah haji. Nabi bertemu dengan serombongan orang-orang dari Yatsrib yang tidak dikenalnya. Orang-orang itu kemudian ditalwiyah (diajari) oleh Nabi, dan secara tak disangka-sangka orang-orang Yatsrib ini beriman kepada Nabi, dan menawarkan Nabi untuk hijrah ke negerinya (Yatsrib) yang sekarang kita kenal sebagai kota Madinah.

Ayat 1 s/d 6
1. Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan,
2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadaNya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami.
3. Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.
4. Dan bahwasanya orang yang kurang akal dari pada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.
5. Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.
6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS 72:1-6)


Kata Al-Jin berasal dari kata Al-Janna (gelap), sebagaimana tertera dalam QS Al-Anam (6:76), yang artinya: "Ketika malam telah gelap menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang lalu dia berkat: "Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."

Kata ini kemudian digunakan untuk menamakan jenis manusia yang tertutup (introvert). Yakni jenis manusia yang hidupnya tertutup dari pergaulan umum. Jenis manusia seperti ini kurang suka bergaul dengan manusia kebanyakan. Ia lebih senang hidup menyendiri di ruang khusus, atau tempat-tempat sunyi yang jauh dari keramaian. 

Sikap hidup seperti ini mereka lakukan, karena keasyikan dan keseriusannya menggeluti sesuatu “dunia” yang tidak dapat dimasuki oleh orang-orang biasa. Sifat-sifat manusia jenis ini memiliki kelainan-kelainan dari orang-orang biasa (exentric). Terkadang kata-kata, pendapat atau perilakunya dianggap aneh oleh masyarakat, terkadang mereka dituduh sebagai orang yang kurang waras.

Seperti pernyataan Al-Qur’an Surat Saba' ayat 8 dan 46. Yang artinya: "Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, ataukah ada padanya penyakit gila?” (tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh.” (QS 34:8)

"Katakanlah, aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas), berdua-dua atau sendiri-sendiri. Kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras." (QS 34:46)

Jelas sekali yang dimaksud dengan jenis manusia Jin. Dalam seluruh Al-Qur’an adalah manusia yang memiliki kemampuan berfikir (jenius), dan menguasai suatu bidang ilmu tertentu yang tidak dimiliki oleh manusia kebanyakan. Baik di bidang ilmu-ilmu alam maupun ilmu hukum, kemanusiaan, sosial, atau kemasyarakatan. 

Sifat dan kemampuannya yang luar biasa itulah yang menyebabkan manusia jenis ini digolongkan dalam kelas atau golongan tersendiri oleh Allah. Adanya keistimewaan dan keluarbiasaan ini membuktikan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh manusia di sepanjang jaman sampai hari ini.

Adapun pemahaman orang bahwa makhluk jin adalah sejenis makhluk tersendiri di luar manusia, tidak sejalan dengan makna yang dimaksud oleh Al-Qur’an secara keseluruhan.
Perhatikan beberapa hujjah (alasan) berikut ini, yakni :
  1. Tiap-tiap Nabi mempunyai musuh, yaitu syaitan, jin dan manusia.
  2. Jin dan manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah.
  3. Jin memiliki hati, mata dan telinga seperti manusia.
  4. Jin diciptakan dari nyala api dan manusia dan tanah kering.

Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Tiap-tiap Nabi mempunyai musuh, yaitu syaitan, jin dan manusia.
Firman Allah dalam Surat Al-An'am (QS 6:112), yang artinya: "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia, dan (dari jenis) jin. Sebagian dari mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah, untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."

Dalam semua kisah tentang Nabi dan Rosul, diceritakan dalam Al-Qur’an, bahwa dalam melaksanakan tugas kenabian dan kerosulan, yaitu mengajarkan ayat-ayat Allah dan bukti-bukti kebenaran Dien. Dien berasal dari kata “an aqimud-dina” = Agama Allah, yaitu Islam, disebut Dien Al Islam (QS 42:13) :

"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrík agama yang kamu serukan kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada agama-Nya orang yang kembali (kepadaNya). Sebagai satu-satunya system ciptaan Allah selalu mendapat sanggahan dari massa (keseluruhan) manusia, golongan penguasa ,yaitu orang yang pandai (jenius) yang biasanya diikuti kebanyakan manusia.

Istilah syaitan adalah yang menolak dakwah islam, baik dari golongan penguasa (jin) maupun massa manusia. Jika syaitan dipahami sebagai makhluk halus, tidak ada bukti atau sirah (sejarah) yang menceritakan para nabi atau rosul, dan orang-orang mukmin yang bersama nabi atau rosul berperang melawan makhluk halus. Yang jelas musuh Nabi adalah sebagai berikut: Nabi Adam AS musuhnya Iblis. Nabi Nuh AS musuhnya Kan’an. Nabi Ibnahim AS musuhnya Namrudz. Nabi Musa AS musuhnya Fir’aun. Nabi Isa AS musuhnya Herodes, Romawi dan Ahlul Kitab. Nabi Ahmad (Muhammad SAW) musuhnya kaum kafir Quraisy. Itulah makna istilah syaitan, iblis, dan jin menurut Al-Qur’an.

Adapun kepercayaan orang tentang makhluk halus berupa dedemit, gendruwo, kuntilanak, medon, peri, wewe gombel, siluman, jin dar negeri Baghdad (negeri 1001 malam) dan sebagainya, tidak bisa dinisbatkan (diceritakan) kepada istilah syaitan dan jin yang ada di dalam Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab yang mulia (QS 41:41): “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti celaka). Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah Kitab yang Mulia."
(QS 85:21): "Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur'an yang Mulia."
(QS 85:22): "Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzd, yang tidak boleh dicampur adukkan dengan dongeng-dongeng, atau cerita yang dibuat-buat."
(QS 12:111): “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

2. Jin dan manusia diciptakan untuk mengabdi pada Allah
Firman Allah dalam Surat Adz Dzaariyaat, QS (51:56) yang artinya: “Dan Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Seharusnya orang yang mempelajari Al-Qur’an bertambah jelas. QS (11 :1): “Alif Lam Ra, (inllah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu."

Bahwa jin dan manusia adalah makhtuk yang sama. Disebut dengan nama yang berbeda bukan kanena berbeda jenisnya, tetapi berbeda dalam sifat dan kemampuannya.

Jin adalah manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan berteknologi, yang selalu menjadi pemimpin dalam masyarakat manusia. Kelebihan yang dimiliki manusia jenis jin tidak berarti harus dijadikan robb (Allah maha pengatur, pemelihara). Atau malik (Allah sebagai raja diraja di semua alam semesta, di atas Arsy), seperti disebut dalam QS (32:4): “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu se!ain daripada-Nya seorang penolong pun, dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?" Atau illah (Tuhan itu satu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa), seperti disebut dalam QS (112:1): "Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa."

Seharusnya kemampuan yang luar biasa pemberian Allah itu disyukuri, tapi justru sebaliknya, mereka tidak pernah bersyukur. (QS 23:78: "Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian: pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.") untuk mengabdi / menyembah kepada Allah. (QS 51:56: “Dan Aku(Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." dan sekali-kali bukan untuk menandingi Allah dengan memaksa manusia untuk tunduk kepadanya. Demikian sebaliknya, manusia biasa itu diciptakan bukan untuk mengabdi kepada orang-orang jenius yang menempati posisi penguasa itu. Kedua jenis manusia itu diciptakan tetap berstatus 'abid atau hamba Allah.

3. Jin memiliki hati, mata dan telinga seperti manusia
Bahwa jin itu adalah manusia, teramat jelas dinyatakan dalam surat Al-A’raf (QS 7:179): "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dípergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Seperti halnya manusia pada umumnya, jin itu memiliki qolbu (hati), 'ainun (mata) dan udzunun (telinga). Yang dimaksud qolbu (otak besar, otak kecil dan nafs / kehendak), adalah sëjenis organ lunak (mudghah) yang ada di dalam diri manusia, yakni alat untuk memahami ilmu atau ajaran. 'Ainun (mata) adalah kemampuan untuk memahami sesuatu yang diterima secara visual. Sedangkan udzunun (telinga) alat untuk memahami sesuatu yang masuk berwujud suara (audio).

4. Jin diciptakan dari nyala api manusia dari tanah kering
Kemungkinan orang membedakan makhluk jenis jin dan makhluk jenis manusia sesuai pernyataan Al-Qur’an Surat 55 Ar-Rahman (QS 55:14-15) dan Surat Al-Hijr (QS 15:27).
"Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar." (QS 55:14). "dan Dia menciptakan Jin dari nyala api." (QS 55:14). “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS 15:27).

Untuk memahami ketiga ayat di atas, perhatikan ayat-ayat berikut ini:
  1. Bahwa syaitan itu adalah sebutan lain dari jin.
  2. Bahwa iblis, syaitan dan jin asalnya adalah sbb.: Perubahan penamaan terjadi tatkala malaikat diperintahkan sujud kepada kholifah Adam AS. Sebagian malaikat sujud dan sebagian yang lain membangkang. Malaikat yang membangkang itu disebut ablasa atau iblis atau syaitan.
Lihat kisah ini dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (QS 2:34) :
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Ia enggan dan takabur, dan adalah golongan orang-orang yang kafir."

Dalam Surat Al-Hijr (QS 15:28-33) ditegaskan :
"Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apa bila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang bersujud itu?" Berkata iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." (QS 15:28-33).

0 komentar: