Pages

About Me

Foto Saya
Ahmad Fauzi
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Bisa dilihat di http://muso9.com/akudw
Lihat profil lengkapku

Kajian Surat Al-Jin (2)

Apakah Sebenarnya Jin itu ?

Oleh : Abi Mursalat

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (QS 15:39-40)


Terjemah Surat Al Jin (QS 72 : 7-17)

7. Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka, sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasul) pun.

8. Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.

9. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu, untuk mendengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang, barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).

10. Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu), apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.

11. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh, dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.

12. Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-ka!i tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumii, dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (dari pada) Nya dengan lari.

13. Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur’an), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dari kesalahan.

14. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat, dan (ada pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang ta’at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

15. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka jahannam.

16. Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yanq banyak).

17. Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barang siaoa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat
.


Manusia Sebagai Kholifah

Dalam Surat Al-Hijr (QS: 28-33) ditegaskan: "Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yanq diberi bentuk." (QS 15:28). "Maka apa bila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS 15:29). "Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama.” (QS 15:30). "Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu." (QS 15:31).
"Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang bersujud itu?" (QS 15:32).
"Berkata iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." (QS 15:33)

Perlu diingat kembali, bahwa kisah itu bukannya tentang penciptaan Adam, tetapi pengangkatan Adam menjadi pemimpin (kholifah) kaumnya, yang diungkap dalam istilah. Hal itu terdapat dalam (QS 2:31), yang artinya:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu memang orang-orang yang benar !"

Peristiwa itu juga merupakan proses pengajaran ilmu Allah. Ilmu Allah yang bernilai wahyu itu disebut juga Ruh Allah yang ditiupkan ke dalam qolbu Adam. Dengan wahyu atau ruh itu, Adam menjadi lebih paham kepada Allah, dibandingkan dengan para pemimpin bangsanya untuk menjadi pemimpin.

Allah tidak memilih pemimpin-pemimpin yang ada, tetapi Dia memilihnya dari manusia golongan bawah atau umat biasa. Karena pemimpin itu merasa lebih tahu tentang wahyu, mereka meragukan kepemimpinan Adam, sehingga tidak bersedia tunduk di bawah pimpinan Adam yang telah diangkat sebagai Nabi dan Rosul itu. Pembangkangan para malaikat untuk taat kepada kholifah Adam hanya karena kibrun (rasa sombong), mereka merasa dirinya lebih mulia (api) dari Adam yang berasal dari rakyat biasa (tanah).


Pembangkangan Bani Israil

Disebut dalam (QS 2:246-247): "Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja, supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah." Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami, dan dari anak-anak kami ?” Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antana mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim." (QS 2:246)

"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan dari padanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yanga banyak." (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu, dan menganugerahinya ilmu yang luas, dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya, lagi Maha Mengetahui." (QS 2:247).

Berdasarkan pemahaman istilah jin dalam dimensi yang demikian, maka makna surat jin adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Nabi diberitahukan oleh Allah tentang adanya segolongan manusia jin untuk mendengarkan dakwah Nabi, dan mereka merasa takjub (kagum) terhadap isi dari ayat-ayat yang didengarkan.

2. Para manusia jin itu mengagumi Al-Qur’an, karena isinya mengajak manusia kepada Dien Tauhid (agama satu, yaitu Islam); pandangan dan system hidup yang universal, di mana manusia tidak menjadikan makhluk apapun sebagai syariat atau an da’ad (ketetapan), ataupun tandingan terhadap Allah.

3. Bahwasanya Allah yang menjadi Rob mereka, adalah Yang Maha Tinggi, Mulia dan Maha Besar. Raja alam semesta yang dalam melaksanakan kekuasaanNya tidak pernah membutuhkan bantuan apa atau siapapun, dan tidak juga menjadikan manusia menjadi anak-anaknya.

4. Suatu pernyataan, bahwa Allah dalam melaksanakan kekuasaanNya pada alam semesta ini, dan menurut manusia memiliki pembantu-pembantu, atau mengangkat anak, adalah suatu pernyataan orang-orang yang paling bodoh, atau primitif.

5. Manusia jin tersebut mengira, bahwasanya orang-orang yang cerdas dan manusia tidak akan sampai membuat dogma (aturan tersendiri), Tuhan tidak mempunyai putra yang seperti itu, dan Tuhan tidak pernah mengatakan mempunyai anak. Contoh: anak Allah yang diada-adakan oleh kaum Yahudi.
6. Bahwasanya ada beberapa pemimpin dari manusia yang meminta perlindungan dari manusia jin, sehingga jin-jin tersebut menambah jahat perbuatan mereka.
7. Banyak di antara jin-jin yang menyangka seperti persangkaan (orang Mekkah), bahwa Allah sekali-kali tidak membangkitkan lagi seorang Rosul.
8. Dan para jin itu telah mencoba mengetahui rahasia langit, tetapi mereka mendapatkan langit itu penuh penjaga yang kuat dan panah api.

9. Padahal dulu para jin itu bisa menduduki tempat-tempat di langit itu untuk mendengar berita-berita. Tetapi sekarang barang siapa yang mencari berita, tentu akan menjumpai panah api yang mengejar.

10. Sungguh para jin itu tidak mengetahui maksud dari penjagaan itu, apakah Rob mereka akan menghukum umat manusia di bumi, atau menghendaki kebaikan.


Jin Yang Sholeh

Dan sesungguhnya di antara bangsa jin itu ada orang-orang yang sholeh, dan ada pula yang tidak demikian. Mereka adalah kaum yang memiliki jalan yang berbeda-beda.
Dari uraian Al-Qur’an tersebut seharusnya orang sadar, bahwa golongan jin yang dimaksud adalah orang-orang Nasrani yang sholeh, yang berasal dari utara Arab.

Sebagaimana dimaksud dalam (QS 5:83):
"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata, disebabkan kebenaran (Al-Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri), seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman. Maka catatlah kami bersama-sama orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad saw)."

Pada sebagian ahlul kitab Nasrani masih banyak yang konsis (teguh) pada ajaran Isa Ibnu Mariyam. Mereka tidak mengatakan: "Isa itu anak Allah yang mati di tiang salib." (QS 4:157) "dan karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Mariyam Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka.

Mereka tidak (pula) yakin, bahwa yang mereka bunuh adalah Isa."
Para Robbani atau Robbaniyah ini biasanya tidak mudah dijumpai orang, dan mereka selalu berbicara dalam bahasa romuza (isyarat) di antara mereka, karena tentara romawi selalu mencari murid-murid Nabi Isa yang masih konsis ini. Karena kecerdasan dan keperwiraan mereka, mereka hidup tak seperti kebanyakan orang.

Sifat-sifat inilah yang menyebabkan mereka disebut Al-Qur’an dengan manusia jin yang cerdas dan tersembunyi.
Dimaksud adanya pemimpin, (manusia berlindung dengan pemimpin dari jenis jin), adalah menjadikan ahlul kitab atau manusia jenis itu sebagai aulia, sebagai pemimpin. Akibatnya manusia akan bertambah jahat karenanya. (bersambung)

0 komentar: