Mizaq : Janji dan Ijin Iman

Benarkah Iman Harus Ijin ?

Oleh : Bambang JS

Sebagai orang muslim, kata “Iman” mungkin tidaklah asing di telinga kita. Iman berarti percaya. Dan konteksnya, kita percaya kepada Allah Tuhan kita, Rosul Allah, dan kepada firman Allah, yaitu Al-Qur’an, dalam arti mengaplikasikan isi Al-Qur’an di dalam kehidupan sehari-hari. Iman kepada firman Allah berarti percaya iman kepada Allah. Iman kepada Allah berarti juga iman kepada Rosul Allah, para malaikat, hari qiamat dan takdir Allah.

Nah sekarang, benarkah kalau kita akan beriman, itu harus minta izin dahulu kepada Allah?
Sebagai gambaran jika kita mau memasuki rumah seseorang untuk bertamu, tentu kita harus ketok pintu, untuk minta izin, dan sang tuan rumah mempersilahkan masuk. Dan jika kita akan meminjam sesuatu kepada orang, terlebih dahulu kita harus minta izin pada yang empunya. Gambaran tersebut sudah jelas, bahwa semuanya kita harus meminta izin kepada yang berhak.

Dan sekarang, apakah iman harus izin dahulu kepada Allah, agar Allah mempersilahkan kita untuk beriman dan Allah berkenan?

Al-Qur’an surat ke 10 (Yunus) ayat 100 (QS 10:100) menjawab: “Dan tidak seorangpun akan beriman, kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan azab kepada orang yang tidak mengerti.”

Memahami Dien Al-Islam Dalam Kehidupan Yang Haq (1)

Oleh : Abi Mursalat

Berdasarkan asma Allah yang Rohman dan Rohim, umat Islam sedunia, khususnya perjuangan umat Islam Indonesia dalam mendhohirkan aqidah, yaitu Dien Al-lslam sebagai satu-satunya sistem hidup yang haq, tidak pernah surut dan tidak pernah berhenti sampai kapanpun.

Dan sejak Ahmad bin Abdullah dilahirkan di muka bumi, sampai menjadi Rosulullah dengan gelar Nabi Muhammad SAW ketika umur 40 tahunan, setelah menjalani perintah Allah ke Gua Hira. Misi Allah yang diamanatkan kepada Nabi Muhammad Rosulullah ketika menginjakkan kakinya yang pertama kali di abad 7 Masehi sampai berkembangnya Islam di pulau Jawa abad 12 dan mendhohirkan dirinya pada abad 15 Masehi di Demak, dengan Raden Patah yang menyerang koloni Portugal di Sunda Kelapa tahun 1527, melawan kompeni Belanda (VOC) dengan pahlawan-pahlawan jihadnya, seperti P. Diponegoro, Kyai Mojo dan seterusnya. Islam terus berkembang secara menyakinkan.

Kegagalan misi Raja Inggris, Richard yang berhati singa, dan Belanda sebagai sekutunya di bumi milik Allah Indonesia tercinta, adalah hasil kegigihan umat Islam bangsa Indonesia. Umat inilah yang menjadi penggerak mengusir penjajah Belanda dari Indonesia. Oleh sebab itu, sebagai curahan rasa syukur atas kemerdekaan ini, terlontarlah kata-kata ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA dalam preambule atau pembukaan UUD 1945.

Narkoba Dalam Perspektif Al-Qur'an

Oleh : Abi Mursalat

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS 5:90)

Anak dan istri digunakan Allah SWT untuk menguji kesabaran bagi manusia. Karena dalam perjalanan hidup di dunia ini tidak lepas dengan lingkungan (social interaction), sehingga dibutuhkan etika atau norma-norma dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Dalam Al-Qur'an Surat (QS) At-Taqabun (64) ayat 14 (QS 64:14) Allah memperingatkan (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Kemudian di QS (64:15): "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah-lah pahala yang besar." Ini senada dengan QS Al-Anfal (8:28): "Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”